Pinjem yaa |
Assalamualaikum.
Hi guys.
Akhirnya selesai juga urusan cabut-mencabut gigi ini. Setelah sekian purnama, yaa.
Aku ulang lagi ya perjalanan panjang urusan gigi ini. Pertama, aku tu ke puskesmas. Pas hari itu drg Eko lagi cuti. Jadi, pak mantri yang periksa gigi aku. Dia bilang, "bu, ini harus dicabut. Saya rujuk ya karena alat kita ga cukup untuk cabut di sini."
Lalu pak mantri menawarkan dua RS: Pelabuhan dan Hermina. Aku pilih Pelabuhan karena lebih dekat dan aku pikir masih ada ordal yang bisa bantu urusan admin di sana.
Trus, langsung ke RS Pelabuhan? Oh, not so fast. Surat rujukanku digunting-gunting sama anak perempuan dikira kertas bekas. Marah beud aku tu. Alhasil hari Senin itu, aku balik lagi ke puskesmas untuk minta surat rujukan lagi. Kemudian langsung ke RS tujuan.
Ternyata, hari itu pas uji coba penggunaan mesin pendaftaran untuk pasien BPJS. Dah lah ngantrinya kek mana. Singkat cerita, aku disuruh datang hari Selasa jam 1 siang. Aku datang lah. Disuruhnya aku ronsen panoramik dulu kan. Jam 5 sore baru aku ketemu sama dokternya. Cuma 12 menit. Aku pulang.
Ga diapa-apakannya aku sama dokter itu. Dia bilang gigiku harus dirawat ga perlu dicabut. Lah? Kok bisa beda gitu. Dirujuklah aku ke RS Koja karena menurutnya itu lebih dekat dari rumah.
Karena bentrok sama nataru, aku pun malas untuk segera pergi. Bulan Februari kalo ga salah aku berkunjung ke RS Koja.
4 jam aku habiskan, tak diapa-apakannya pula aku di sana. Malah dirujuknya aku ke RS Persahabatan. Pilihannya waktu itu antara Persahabatan atau RSPAD. Jauh kali lah.
Itupun aku juga tunda juga karena nabrak Romadon dan lebaran. Jadi bulan April inilah aku datangi.
Nah, di RS Persahabatan itu, aku dijadwalkan bertemu drg Arfan. Tapi ternyata aku ditindak oleh drg Aboy. Seperti yang kubilang, semua lancar, alhamdulillah. Karena ada 3 gigi yang direkomendasikan untuk dicabut, akupun datang lagi.
Gigi kedua yang harus dicabut adalah geraham yang sejak pandemi sudah bermasalah. Terakhir, ditambal permanen sama drg Eko dan karena menurut hasil ronsen, giginya bermasalah jadi harus dicabut. Memang sudah sering bikin ngilu sih.
Yang mencabut gigi aku itu ternyata drg lain lagi. Aku lupa tanya namanya siapa. Tapi ternyata dia bisa dengan cepat mencabut gigiku itu. Aku bisa pulang tanpa jahitan dan lain sebagainya. Dan rasa sakitnya ga sesakit cabut gigi sebelumnya walau bekas suntikan anestesinya masih membuat aku susah mangap lebar.
Bonus: gigi geraham yang keropos di sisi kirinya yang boleh dibawa pulang🤦♀️
Aku dijadwalkan untuk evaluasi lagi minggu depan. Semoga semua baik-baik aja. Alhamdulillah pelayanan para drg dan RS itu masih dalam batas baik. Ga ada yang aneh-aneh. Artinya fasilitas kesehatan gigi dan mulut di wilayah Jakarta itu baik. Tinggal kita sebagai pasien rujukan, apakah cukup sabar menjalani prosesnya? Jujur sih aku bekal buku tulis buat belajar dan drakor 1 episode buat aku tonton selama menunggu giliran periksa. Ya, menunggu itu kan melelahkan ya yeorobun.
Tapi, jangan kuatir, ada outlet roti o di RS Persahabatan. Jadi, selesai periksa, bisa jajan roti o dulu deh.
Sekian cerita perjalanan cabut gigi ku. Rasa sakitnya ga sesakit mengeluarkan bayi dari perut lah. Dan anestesi yang dipakai cukup membantu mengurangi rasa sakit. Yang penting: kamu berani cabut gigi? 😎
No comments:
Post a Comment