Assalamualaikum.
Lagi ga punya resep yang bisa dibagi di sini. Aku cerita lagi aja ya, guys. Kali ini soal KDRT.
Lihat dan baca cerita soal KDRT yang seliweran di medsos bikin aku speechless, sih. Kenapa ada yang betah bertahan dengan pasangan yang jahat dan disiksa setiap saat? Apa memang begitu sulit untuk keluar dari jerat KDRT?
Menurut aku sih, keluarnya ga sulit. Tapi memang tiap orang pasti punya pertimbangan masing-masing. Aku sendiri ga merasakan KDRT berkali-kali. Aku kena tonjok satu kali yang bikin bibir pecah dan mulut lebam. Itu aja udah cukup buat aku untuk lapor dan cari jalan keluar.
KDRT itu pada dasarnya bukan soal pukul doang ya, gaes. Ada rasa benci yang membuncah dan bisa tiba-tiba bereskalasi menjadi sesuatu yang mematikan. Ya, bayangin aja kalo kamu, perempuan Indonesia yang posturnya standar Asia, kecil, imut, trus dipukul oleh pria Eropa yang walau posturnya tidak standar Eropa tapi tetep pria dengan tenaga yang lebih besar dari perempuan.
Belum lagi kalo ada kekerasan verbal dan seksual. Itu bebannya makin berat, gaes. Tanpa ada itupun, perempuan yang mengalami KDRT harus selalu siaga dan waspada. Salah dikit, langsung kena bogem mentah. Dan itu kadang ga bisa diprediksi.
Jadi, buat aku, begitu aku kena tinju, aku berikrar, ga mau tidur di rumah itu lagi. Jujur, tidur juga ga bisa loh. Kuatir tiba-tiba ada serangan, tendangan dan segala macam kekerasan lainnya.
Akhirnya, aku cuma mau bilang, kalo kamu jadi korban KDRT, cepet cari bantuan. Jangan merasa kamu bisa menghadapinya sendiri. Kamu bukan Dylan. Kamu ga akan kuat. Jangan bertahan dalam rumah tangga penuh kekerasan. Jangan bertahan demi anak-anak karena anak-anak pasti akan terdampak juga kalo kita ga segera bertindak. Dan percayalah, hidup tanpa kekerasan itu jauh lebih nyaman. Bukankah itu yang kita inginkan?
No comments:
Post a Comment