Wednesday, July 8, 2015

Drama Korea

Assalamualaikum.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengikuti beberapa judul drama korea. Seperti biasa, kalau penasaran, saya langsung lompat ke episode terakhir. Tapi ada juga satu judul yang saya ikuti sesuai aturan. Judulnya Let's Eat. Dan saya menyesal sudah menonton drama itu karena ngiler berat setiap kali adegan makan dimulai.





Dari kesempatan yang tidak terlalu lama itu saya dapat menyimpulkan bahwa orang Korea serius sekali "menjual diri" mereka. Jadi teringat kisah tragis dari paviliun Indonesia di World Expo 2015 yang sedang berlangsung di Milan, Italia. Menurut si penulis yang berkunjung kesana, paviliun Indonesia jauh dari kata keren padahal dana yang dianggarkan cukup fantastis. Bukan hanya bentuk fisik paviliun, makanan yang disajikan dan hiburan yang disuguhkan kalah jauh dari paviliun-paviliun negara lain. Lengkapnya, silakan baca disini.

Kembali ke drama korea.
Pertama, orang Korea serius sekali menggarap sebuah drama seri yang intinya cuma makan dan makan (Let's Eat). Yang dijual dalam drama itu selain tentu saja cerita yang sebenarnya sederhana, adalah makanan-makanan Korea yang beberapa sudah cukup dikenal. Cara mereka menjual budaya "makan" itu lewat adegan-adegan makan makanan korea dengan penuh penghayatan seakan-akan makanan itu enak sekali sehingga membuat penonton klepek-klepek ngeces. Adegan makan lebay itu sukses membuat suami saya berpesan agar saya tak lupa membeli mie instan ketika kami belanja karena dia mau juga makan sesekali. Hahaha. Padahal sudah lama saya tidak membeli mie instan.


dari sini

Kedua, mereka memperhatikan detil. Salah satu yang terasa ketika menonton beberapa judul drakor adalah ponsel. Betapa orang korea tak bisa lepas dari ponsel dan betapa canggihnya ponsel mereka. Cerita si drama boleh tentang apa saja tapi tak lupa ponsel. Tentu saja ponsel-ponsel keluaran perusahaan Korea. Mau tak mau, produksi drama akan juga memicu produksi ponsel dan gadget keren lainnya.

Ketiga, jaga imej. Kesan jaga imej ini tak bisa dipungkiri lagi. Mulai dari lokasi syuting yang pasti memilih tempat-tempat keren, apartemen-apartemen modern, atau kantor-kantor canggih; hingga busana dan dandanan para pemeran drama tersebut. Untuk Star's Lover, misalnya, si pemeran utama (hehe ga hapal namanya), sampai berpuluh-puluh kali ganti pakaian selama proses pembuatan drama itu demi perannya sebagai aktris. Apapun tema si drama, busana yang dikenakan harus keren. Jaket-jaket trendi untuk musim dingin, setelan-setelan yang chic untuk pemeran pria dan wanita serta asesoris pelengkap lainnya.

Khusus dandanan, silakan perhatikan Lee Min Ho yang penampilannya pasti disesuaikan dengan si drama. Untuk The Heirs, rambutnya dibuat berponi menutupi dahi. Untuk Boys Over Flowers yang meledak di Indonesia, rambutnya ditata bergelombang. Yang saya suka adalah gaya rambutnya di Personal Taste karena rambutnya membingkai wajah perseginya yang aduhai. Klepek-klepek jilid dua.

Biasanya lagi, dalam satu seri drama, pemeran perempuan akan punya beberapa model rambut. Jika ketika pertama tampil, ia berambut keriting, nanti pelahan ia akan berambut lurus. Kadang sesuai dengan jalan cerita, kadang suka-suka mereka saja.

Yang menarik dari persoalan ini adalah bahwa aktor-aktor pemain drama Korea itu rata-rata mengenyam pendidikan tinggi. Silakan cek sendiri. Hampir semua aktor yang saya cek biodatanya di wikipedia merupakan lulusan dari universitas-universitas di Korea Selatan. Jadi, tak heran kalau drakor bisa sedahsyat sekarang ini. Mereka tak main-main. Tak ingin membanding-bandingkan tapi juga tak bisa memungkiri. Pendidikan itu penting.

Lalu, yang patut diwaspadai ketika memutuskan untuk menonton drama korea, apalagi yang gratisan via youtube, adalah waktu. Jika tidak disiplin, si drama korea (drakor) akan menjadi drakula penghisap waktu.

Sungguh amat disayangkan jika waktu kita habis hanya untuk drakor karena segala sesuatu di dunia tidaklah abadi sementara tugas kita adalah menyiapkan bekal untuk hidup di akhirat yang kekal abadi. Nah, kalau waktu habis untuk drakor, kapan tilawah quran? Kapan dzikir? Kapan bisa solat tepat waktu? Bagaimana jika kita dijemput dalam keadaan sedang menonton drakor? Naudzubullahimin dzalik. Semoga Allah selalu menjaga kita dari perbuatan sia-sia.

Selain itu perlu juga dipikirkan apakah si drakor-drakor dan juga tontonan atau hiburan lain dihadirkan untuk membuat kita lalai dan terlena? Asyik dan terbuai dengan si aktor A atau B lalu lupa waktu solat, lupa tilawah, dan sebagainya.

Jadi, jika ingin menikmati drakor, jangan lupa cari waktu yang tepat. Drakor jangan mengganggu kegiatan lain yang lebih penting dan kegiatan lain yang lebih penting jangan mengganggu acara menonton drakor. Haha, bingung dah. ^^!
posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...