Assalamualaikum.
Kuliah saya di Coursera sampai pada Understanding The Brain: The Neurobiology in Everyday Life dari University of Chicago. Belum lagi kuliah dimulai, saya sudah dikenalkan kepada satu nama: Jean-Dominique Bauby.
Jean-Dominique Bauby (23 April 1952 – 9 Maret 1997) adalah seorang jurnalis, penulis dan editor dari majalah ELLE Perancis.
Tanggal 8 Desember 1995 (43 th), Bauby terkena stroke. Ketika ia bangun 20 hari kemudian, dia tak bisa bicara; ia hanya bisa mengedipkan mata kirinya.
Kondisi tersebut bernama locked-in syndrome, sebuah kondisi ketika keadaan mental seseorang tetap seperti sebelum serangan stroke sementara fisiknya tak berfungsi. Dalam kasus Bauby, mulut, lengan dan kaki tak bisa bergerak dan bobotnya berkurang 27 kilogram dalam 20 minggu pertama setelah stroke.
Dalam keadaan tersebut, ia menulis The Diving Bell and the Butterfly dengan cara mengedipkan matanya ketika seseorang mengeja huruf demi huruf dalam bahasa Perancis dengan bantuan program partner-assisted scanning. Bauby menulis dan mengedit sendiri bukunya di kepalanya dan mendiktekannya huruf demi huruf kepada interlocutornya, Claude Mendibil.
Bukunya terbit di Perancis pada 7 Maret 1997. Bauby akhirnya meninggal setelah terkena pneumonia dua hari setelah penerbitan bukunya.
Bayangkan, dia hanya punya satu mata yang berfungsi normal. Mata kanannya sudah tidak berfungsi maksimal hingga harus ditutup untuk beberapa waktu. Dengan satu mata itu, ia menuliskan semua yang ada di kepalanya. The Butterfly adalah metafora yang melambangkan pikirannya yang mengembara kemana-mana sementara tubuhnya mati rasa seperti berada dalam Diving Bell. Karena itulah ia memberi judul The Diving Bell and The Butterfly.
Lalu, apa yang sudah kita lakukan dalam hidup dengan semua kemudahan yang kita dapatkan? Apa kita perlu menunggu sampai keadaan menjadi serba terbatas? Semoga Allah berikan kita kesempatan yang penuh keberkahan sehingga dapat bermanfaat bagi sesama. Aamiin.
Seperti biasa, berikut ini adalah beberapa kutipan dari bukunya:
I am fading away. Slowly but surely. Like the sailor who watches the home shore gradually disappear, I watch my past recede. My old life still burns within me, but more and more of it is reduced to the ashes of memory.
Nothing was missing, except me. I was elsewhere.
A monster that knows nothing but says everything.
Does it take the harsh light of disaster to show a person's true nature?
Buku The Diving Bell and The Butterfly bisa diunduh gratis. Ketik saja judulnya di google search.
Selamat beraktivitas ^^
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment