Assalamualaikum.
Kalian tertarik untuk mengadopsi homeschool? Yakin? Udah belajar? Udah ngubek-ngubek yutup? Udah baca buku?
Ok, sekarang prakteknya.
Dari awal, tantangan terbesar keluarga homeschool, terutama aku, adalah manajemen waktu. Dan makin besar setelah HP makin canggih dan sarang monyet dibuka. Sorry not sorry. Aku sih ga maen di sarang monyet.
Apalagi kalo ortu bekerja. Makin menantang dah tu.
Tapi, jangan sedih. Semua ada triknya.
Pertama, jangan pegang HP mulu. Serius ini mah. Kalo bisa, tu HP dimatiin dah. Kalo aku, pagi itu ga bisa berlama-lama pegang HP karena aku harus mencuci, memasak, nyetrika, ketemu tukang sayur, skinkeran. Memang, kegiatan itu semua dilakukan bersama tapi kalo fokusnya HP, aku jamin, ga akan kelar tepat waktu dan waktu terbuang percuma. Apalagi aku harus berangkat kerja pas jam makan siang. Jadi, menu makan siang harus udah siap sebelum berangkat kerja.
Kalo kamu adalah ibu rumah tangga, pembagian waktu bisa lebih mudah. Hmm... Ga juga. Realitanya, si HP, si drakor, si IG dan godaan kaum rebahan, bisa makan banyak waktu.
Dan kalo kamu ibu rumah tangga, yang tidak perlu bekerja dan bukan orang tua tunggal, jangan salah prioritas. Punya acara arisan, pengajian dan klub lain-lain itu boleh tapi harap diingat tugas utama sebagai seorang ibu ya, bu. Madrasatul ula. Jadi, anak-anak tetap harus diberikan pendidikan yang baik, diberikan gizi yang seimbang (jangan gofood mulu atau telor ceplok mulu), diajarkan adab dan akhlak yang mulia (biar ga sok galak sama orang lain karena kurang bersosialisasi, katanya).
Makanya ada trik yang kedua: bikin jadwal. Jadwal ini penting supaya keluarga bisa punya skala prioritas kegiatan yang harus dikerjakan. Pas anak-anak berusia 2-6 tahun, mereka fokus calistung. Jadi waktu belajarnya hanya itu aja. Plus main. Plus baca buku. Plus nonton upin ipin. Plus ngabisin kue buatan ibu. Plus jalan-jalan. Untuk anak laki, saat ini, tiap pagi abis sarapan dan mandi, dia belajar agama. Aku carikan eBook dan di rumah ada tafsir, koleksi neneknya. Anak perempuan, selain bantuin ibunya, dia pasti pegang HP. Biang kerok banget. Jujur, ya, pak, bu, homeschool aja berat loh. Apalagi unschool. Untuk anak Indonesia, yang pernah dijajah, model belajar yang penuh inisiatif itu ga masuk. Anak Indonesia itu harus dipecut dulu, baru bisa jalan.
Kalo jadwal udah ada, trik ketiga adalah konsisten menjalankannya. Walau cuma sejam dua jam, itu sudah cukup asal konsisten. Kegiatannya pun bisa dengan mengerjakan worksheet, membuat proyek atau mengerjakan tugas di rumah. Atau diberikan tanggung jawab sederhana seperti memberi makan hewan piaraan, menyapu lantai, dan sebagainya. Jangan terlena dengan banyaknya waktu dan kesempatan. Sekali mereka berlalu, ga akan datang lagi. Jadi, jangan sia-siakan waktu ya, bapak, ibu. Terutama, karena homeschool itu berkegiatan bersama, jangan habiskan waktu hanya untuk nonton yutup bareng. Carilah kegiatan yang bisa menambah skill anak-anak seperti memasak, menjahit, dan lainnya. Jangan mentang-mentang mereka sekolah di rumah, asal ada kegiatan, trus diawur aja gitu. Ga gitu konsepnyaaa..
Anak-anak tetap harus punya kegiatan terstruktur. Kalo senang belajar bahasa, diaturlah belajar dari dasar sampai mahir. Kalo senang proyek, cari proyek realistis yang selesai dalam sehari: proyek bikin puding atau menata ulang kebon.
Ingat, homeschool itu proses maraton, apa yang kita lakukan sekarang, garis finish-nya masih akan jauh di depan. Jangan sampe nanti di garis finish, kita ga bisa memetik hasilnya atau hasilnya jauh panggang dari api. Dan karena maraton, jangan sampai kehabisan napas di tengah jalan. Anak harus diajar mandiri dengan tetap mengedepankan akhlak dan budi pekerti. Sehingga nanti di akhirnya, dia menjadi seseorang yang memang dibayangkan ayah ibunya ketika memulai maraton ini. Aamiin ya rabbal alamin.
Sending a virtual support to homeschool family wherever you are. You We can do this! 💪😎
No comments:
Post a Comment