Friday, January 10, 2014

NGAJI di WARTEG: Ciri Generasi Muttaqin (QS Ali Imran 133--136) oleh Ustadzah Arina Amir Lc.

Alhamdulillah, Kajian Muslimah bersama LKSMIT yang bertema Ciri Generasi Muttaqin berhasil saya ikuti dengan baik. Dan saya rangkumkan di bawah ini. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang baik bagi kita semua, aamiin.


Dari Al-Uyeah

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS Ali Imran 133--136) 
Sesuai dengan permulaan kumpulan ayat di atas, kita harus bersegera kepada ampunan dari Alloh swt. Bukan hanya minta ampun tapi juga mencari hal atau sebab yang membuat Alloh mengampuni kita, yaitu berbuat kebaikan dan taat kepada Alloh (melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi laranganNYA).

Selain bersegera kepada ampunan Alloh, kita juga harus bersegera kepada surga yang dijanjikan Alloh. Surga seluas langit dan bumi disediakan Alloh bagi siapa saja yang bersegera memohon ampun kepada Alloh.

Untuk mendapatkan surga yang dijanjikan Alloh swt, kita harus berusaha menjadi manusia yang bertaqwa. Apa saja ciri-ciri orang yang bertaqwa (muttaqin):

1. Orang-orang yang berinfak baik di waktu lapang dan sempit.
Berinfak di waktu lapang, punya harta dan sehat jasmani adalah hal biasa. Namun berinfak di saat kita sedang susah adalah sebuah hal yang luar biasa. Tentnang infak ini ditekankan pula dalam surat Al Baqarah ayat 274:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Tujuan infak adalah membantu orang lain dan kelak kembali kepada orang yang berinfak. Infak juga menunjukkan tingkat ketaqwaan seseorang walau infaknya tidak terlalu besar jumlahnya asal sering dilakukan. Sesuai sabda Rasulullah:
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim no. 783) 
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS At Talaq: 7)
2. Orang-orang yang mampu menahan amarah.
Jika ada yang memancing kemarahan dan ia bisa dan patut marah tapi ia tidak melampiaskan amarahnya adalah termasuk menahan amarah.

"Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu adalah) orang yang mampu menahan dirinya ketika marah "(HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].
Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.(Hasan. HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), dan Ibnu Majah (no. 4286) dari Sahabat Mu’adz bin Anas al-Juhani Radhiyallahu anhu. Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 6522))
Lebih jauh tentang marah.

3. Orang yang memaafkan kesalahan orang lain.
“Dan hendaklah mereka memaafkan serta melupakan kesalahan orang-orang itu, tidakkah kamu suka supaya Allah mengampunkan dosa kamu? Dan ingatlah Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (QS al-Nuur : 22) 
“Barangsiapa melakukan tiga hal berikut ini, ia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk surga dengan rahmat-Nya: Pertama memberi kepada orang yang bakhil; kedua, silaturahmi dengan orang yang memutuskannya; ketiga, memberi maaf kepada orang yang zalim” (HR. Ath-Thabrani). 
4. Orang-orang yang berbuat kebaikan (ihsan).
Yaitu orang-orang yang jika diperlakukan buruk oleh orang lain, mereka tidak membalas dengan keburukan tapi membalas dengan kebaikan. Jika diputus silaturahim, maka ia tetap menyambungnya karena berharap ridho Alloh swt.

5. Orang-orang yang sebantiasa bertaubat kepada Alloh swt dengan sebenar-benar taubat.
Terutama mereka yang apabila berbuat keji dan menzalimi diri sendiri segera mengingat Alloh dan memohon ampunan atas dosa-dosanya.

Di antara perbuatan keji dan merugikan orang lain adalah mencuri, zina, riba; sedangkan perbuatan keji yang merugikan diri sendiri adalah mabuk dan berjudi.

Syarat taubat agar diampuni Alloh:
1. Menyesali perbuatan
2. Meohon ampun
3. Berjanji tidak mengulangi

Jika perbuatan kejinya berhubungan dengan orang lain maka ada baiknya kita meminta maaf kepada orang tersebut dan mengembalikan hak-haknya terutama jika yang bersangkutan mengetahui.

Dengan berusaha mengamalkan ciri-ciri tersebut di atas, insya Alloh kita menjadi bagian dari golongan orang-orang bertaqwa dan kelak diganjar Alloh dengan surga. Aamiin ya rabbal alamin.

Wallahualam bishshowwab.




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...