Tapi, jangan sedih. Kemaren ibu guru baru saja menyadari ada ebook tentang kurikulum homeschool yang nangkring di dropbox dan belom sempet dibaca. Alhamdulillah, ketemu juga deh kunci untuk membuat kurikulum homeschool sendiri. Paling tidak, sekarang jadi lebih tahu harus berbuat apa.
Nah, kalau ibu-ibu sekalian sedang bingung bagaimana cara membuat atau mencari kurikulum untuk kegiatan homeschool keluarga masing-masing, yuk, dibaca panduan berikut:
Foto Kegiatan HS Kami |
Mulailah dengan menjawab pertanyaan "mengapa saya memilih homeschool untuk anak-anak saya?". Kemudian kenali apa yang ingin kita capai dari kegiatan homeschool kita. Apa saja ukuran sukses menurut kita? Apakah anak harus sukses dalam hal akademis, agama, atau ketrampilan hidup atau karakter? Tuliskan tujuan dan visi kita mengenai anak-anak kita di masa depan. Jadi tujuan dan visi kita itulah yang akan menentukan materi dan cara kita melakukan homeschool.
2. Tentukan kebutuhan
Kembali kepada tujuan dan visi, apa sajakah yang kita perlukan untuk mencapainya? Apa sajakah mata pelajaran yang ingin dikuasai anak, apakah bergaya sekuler atau relijius, apakah akan membeli kurikulum dari satu sumber atau banyak sumber, apakah perlu rekap atau portofolio dari anak-anak jika kelak dibutuhkan, apakah kita mau pakai program yang sudah jadi dan tinggal disesuaikan jadwalnya atau membuat program sendiri dengan jadwal sendiri, apakah anak harus belajar sendiri atau selalu bersama orangtua, berapa lama waktu belajarnya, apakah anak-anak (jika ada banyak anak dalam satu keluarga akan belajar bersama atau dipisah menurut usia, apakah jenis kegiatan yang akan dilakukan?
Pertimbangkan pula jumlah anggota keluarga, kewajiban dan urusan-urusan pribadi di dalam keluarga. Jangan sampai kurikulum yang kita beli atau kita buat mendikte dan membuat kehidupan keluarga jadi tidak harmonis.
3. Kenali gaya belajar anak
Ada tiga gaya belajar yang umum dikenal di dunia pendidikan. Ada yang senangnya mendengar (auditory learner). Ada yang baru bisa menangkap pelajaran kalau melihat (visual learner) (seperti saya, hehe). Ada pula yang harus belajar sambil bergerak kesana kemari (tactile learner).
Anak auditory biasanya suka bercerita, membaca keras-keras, mendengar musik dan bermain alat musik. Mereka pun dapat mengikuti perintah lisan dengan mudah.
Anak visual menerima informasi dengan melihat dan membayangkan. Biasanya suka melamun karena sering membayangkan apa yang dilihatnya. Mereka kuat dalam berpikir, membaca dan menulis. Mereka suka bentuk-bentuk permainan komputer dan mudah mengingat apa yang mereka lihat.
Sementara anak tactile adalah anak yang senang dengan prakarya. Mereka menyerap informasi lebih cepat kalau terlibat langsung dalam proses atau percobaan-percobaan sains.
Kurikulum HS sebaiknya mengakomodasi gaya belajar tersebut supaya hasilnya maksimal. Agak sulit jika kita harus memaksa anak auditory untuk terus membaca buku sendiri sementara dia lebih suka didongengi, misalnya. Jadi, perhatikan gaya belajar anak sebelum menyusun atau membeli kurikulum yang diperlukan.
4. Kenali metode-metode HS
Mengenai metode dan model HS dapat dilihat disini.
Karena penjelasannya panjang dan lebar, lain kali insya Alloh saya bahas lagi yah.
5. HS eklektik
Eklektik artinya padu padan. Jadi, metode homeschool yang diterapkan dan kurikulum yang dipakai tidak harus dari satu sumber yang sama. Kita dapat memilih dan menerapkan metode serta kurikulum yang cocok dengan gaya belajar dan mata pelajaran yang sedang dipelajari anak.
6. Teliti sebelum membeli
Jika kita memutuskan untuk membeli kurikulum yang akan kita gunakan untuk kegiatan homeschool keluarga kita, ada baiknya kita mencoba (jika ada program uji coba) atau melihat teman atau keluarga yang sudah menggunakan kurikulum tersebut. Cari tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga kurikulum tersebut dapat benar-benar digunakan dengan maksimal.
7. Jangan ragu
Nah, kalau sudah membeli satu program atau kurikulum, silakan tutup kuping rapat-rapat jika ada desas-desus tentang program lain. Tetap konsisten dengan tujuan, visi dan kurikulum yang telah kita beli dan pilih. Kalau memang HS yang kita jalankan tidak menyenangkan dan programnya tidak berhasil, maka mulailah mencari program baru. Kalau kurikulumnya tidak cocok, bukan berarti kita gagal. Itu berarti kita sudah berada di jalan yang benar untuk mencari kurikulum yang cocok untuk HS kita.
Lebih lengkapnya, silakan unduh dan baca 7 Secrets to Finding The Best Homeschool Curriculum oleh Carletta Sanders.
No comments:
Post a Comment