Monday, May 4, 2015

Tentang Ignorant



Ignorant itu menurut google, lack of knowledge atau lack of awareness. Bisa juga rude, kasar. Jadi orang yang kurang ilmu atau cuek atau bodoh atau kasar perilakunya bisa digolongkan ke dalam kelompok orang-orang ignorant.

Tapi betapa terkejutnya saya bahwa ternyata ada banyak orang yang saya tau (tidak terlalu kenal) masuk dalam kelompok itu. Bukan saya menghakimi atau melabeli. Saya sempat lihat akun media sosial mereka dan ada buktinya disana. Jelas.

Misal, ada orang-orang yang mengaku penulis, dengan jelas-jelas menulis kata writer di bio akun medsosnya tapi mereka tak bisa membedakan penggunaan i dan ı. Dalam bahasa Turki kedua huruf itu adalah huruf dan bunyi yang berbeda. I tidak bisa dipakai mewakili İ. Dulu waktu saya baru datang di Antep, saya pun sempat salah pencet terus. Si ı selalu muncul dan i selalu ketinggalan. Tapi lama-lama saya bisa mencari i di antara huruf-huruf ajaib di keyboard kami di rumah.

Kalimat "indahnya hari ini" sering menjadi "ındahnya harı ını". Kenapa? Huruf i rusak? Ga punya huruf i? Atau memang malas usaha sedikit mencari huruf i?

Saya takkan ribut kalau orang yang melakukan hal itu tak mengenyam pendidikan dan tak mengaku dirinya penulis. Ayolah, ini bukan masalah gaya. İni masalah kepedulian dan bisa jadi juga kecerdasan.

Ada lagi orang yang mengaku penulis tapi akun medsosnya dipenuhi oleh tulisan dengan tanda baca sesuka hati. Coba, yang mana yang kira-kira enak dilihat:

"Saya lapar. Ada makanan ga?" atau
"Saya lapar .Ada makanan ga ?"

Apa susahnya membuka panduan EYD dan memeriksa pemakaian tanda baca yang baik dan benar? Panduan EYD juga tersedia secara online. Apa EYD tak penting? Buat apa para ahli bahasa capek-capek berkumpul, bekerja dan merumuskannya? Buat punya-punya saja?

Saya sudah cukup manyun memperhatikan teman-teman mahasiswa Indonesia di Turki  yang demikian banyak jumlahnya tapi tak ada satupun yang sanggup mengapdet blog komunitasnya. Saya cukup tertekan dengan mereka yang ada di komunitas menulis tapi blognya kudet semua, dan tak jelas kegiatannya. Ngapain aja sih? Oh iya, mereka belajar, kuliah, ujian. Sibuk pasti kan? Kan kan kan?

Asal tahu saja, saya juga belajar. Saya ikut kuliah online dan saya masih menulis membuat ringkasan hasil kuliah saya itu. Saya masih harus menyelesaikan toilet training anak kembar saya. Saya membaca ebook. Saya punya tugas bersih-bersih, masak, melayani suami dan menjalankan perintah Allah, tentunya. Apakah blog saya kudet? Saya usahakan untuk tetap bisa mengapdetnya.

Kecewa. Sangat kecewa.
Saya tidak akan bilang bahwa saya manusia sempurna. Saya pun kadang kehilangan semangat menulis. Kelelahan. Kebosanan. Setidaknya saya tidak mengaku-aku sebagai sesuatu lalu begitu saja bertingkah laku. Apakah kita lupa bahwa akan ada hari pertanggungjawaban menanti kita?

Ayolah, berhenti menjadi orang cuek yang tak peduli dan asik sendiri. Ada banyak yang bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari perubahan dan perbaikan. Menulis adalah salah satunya. Menjadi peka dan tidak ignorant mungkin bisa jadi awalnya. Yang pasti renungkanlah ayat ini:

" Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS 7: 199)

Berpalinglah dari orang-orang yang bodoh dan dari kebodohan itu sendiri. Kalau bukan untuk tujuan dan alasan mulia, setidaknya lakukanlah untuk diri sendiri. Malulah menjadi orang bodoh karena malu sebagian dari iman.
posted from Bloggeroid

2 comments:

  1. Tidak mematuhi EYD dianggap sebagai gaya? Kayaknya perlu baca lagi deh, apa yang disebut dengan gaya menulis.
    Bahasa Indonesia milik kita semua, bukan hanya milik ahli bahasa. Kalau bukan kita yang menjaganya, siapa lagi? Nanti kalau diaku oleh negara lain, baru kebakaran jenggot. Dan semua orang butuh berbahasa, bukan cuma ahli bahasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mba (y) mudah2an kita bisa belajar untuk berani memperbaiki kesalahan berbahasa yang kita lakukan.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...