Friday, December 2, 2016

Masih Tentang Menikah dengan Pria Turki


Assalamualaikum.

Masih tentang menikah dengan pria Turki.
(Tulisan ini sekaligus menggantikan rubrik NGAJI di WARTEG yang biasa hadir setiap Jumat dan untuk sementara diliburkan dulu.)

Ada yang bilang menikah dengan pria Turki perlu persiapan ini itu karena akan banyak hal berbeda yang mungkin membuat kita (yang menikahi pria Turki) syok. Ada yang membuat daftar panjang soal persiapan tersebut. Ada yang merasa segala persiapan itu tidak perlu karena seiring waktu kita akan menyesuaikan diri dengan keadaan.

Saya termasuk yang menikah tanpa "persiapan". Jika ada tulisan saya soal persiapan, itu lebih kepada persiapan di hari H karena memang hari itu cukup menyita waktu dan perhatian. Setelah saya berada di Turki, saya hadapi hidup baru saya apa adanya. Mengeluh, menangis, mempertanyakan, merenung, mengambil hikmah, menikmati kesendirian, mencari kesibukan, meluangkan waktu menghibur diri, semua saya lakukan sendiri.

Ketika sedang naksir-naksiran sama (calon) suami, saya pun berlaku biasa-biasa saja. Aktif di media sosial, berteman dengan banyak orang, laki maupun perempuan. Naksir belum tentu benar-benar berjodoh, kan? Si mas calon pun biasa saja. Dia tau calon istrinya perempuan aktif yang senang ke sana ke sini dan punya banyak hobi aneh. Hidup berjalan seperti biasa, kecuali intensitas komunikasi yang meningkat dalam rangka meyakinkan diri untuk saling menerima jika memang kelak kami menikah karena menikah memang bukan perkara mudah. Menikah melibatkan jodoh dan juga rejeki. Soal jodoh, sudah dijelaskan dalam alquran:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga). [QS. An-Nur: 26]

Perempuan yang baik untuk lelaki yang baik.
Petunjuk ini cukup jelas. Oleh karenanya jika rencana pernikahan kita dengan pria Turki yang kita cintai dan kita harapkan tidak terjadi, mari periksa diri kita sendiri. Jangan-jangan kita baik, si dia yang kita cintai itu tidak baik. Atau si dia orang baik, kita yang tidak baik sehingga tak mungkin bersatu. Kelak, jika memang kita ditakdirkan menikah dengan seorang pria Turki yang sangat kita cintai dan mencintai kita, jangan senang dulu. Kemungkinan kita dipasangkan Alloh swt karena sama-sama baik atau sama-sama tidak baik. Nah loh, jadi mikir kan?

Jadi, tak perlu bangga hati jika memang Alloh swt menentukan kita berjodoh dengan pria Turki atau pria asing manapun. Menikah dengan orang asing bukanlah sebuah prestasi.

Setelah menikah, perkara sama-sama baik dan sama-sama tidak baik ini kelak akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga kita. Cinta memang cinta tapi urusan di luar cinta apa masih bisa diterima? Apakah cinta akan mengalahkan segalanya? Belum tentu juga.

Setelah menikah, jika kita akhirnya menyadari betapa ajaibnya pria Turki yang kita nikahi itu, betapa anehnya keluarga baru yang kita masuki, betapa sulitnya hidup di negara orang ini, maka jangan buru-buru protes dan umbar emosi di media sosial kanan kiri atas bawah. Ada baiknya kita ingat ayat yang tadi dan melihat kepada diri sendiri. Suami kita ajaib, apakah kita ga ajaib? Jangan-jangan di mata suami, kita adalah makhluk Tuhan paling ajaib.

Ingatlah, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).

Pendeknya, menikah dengan pria Turki bukan satu-satunya pilihan. Apalagi jika si pria Turki itu baik, ganteng, muslim, bertanggung jawab, dan sebagainya. Saya rasa pria dimanapun sama, seperti juga perempuan. Ada yang baik, ada yang kurang baik. Ada yang lemah lembut, ada yang keras. Ada yang hartanya berlebih. Ada yang hartanya cukup. Ada yang biasa-biasa saja. Ada yang luar biasa.

Jika kelak kita bertemu dengan satu di antara itu, maka itulah jodoh dan rejeki kita. Kita baik, insya Alloh akan bertemu yang baik. Kita kurang baik, insya Alloh akan bertemu yang sesuai pula. Yang pasti, jadilah diri kita sendiri. Bersandiwara atau berpura-pura baik hanya akan membuat kita lelah. Toh, Alloh swt sudah mengatur dan menyiapkan jodoh terbaik untuk kita.

Akhirnya, tak salah jika dalam proses menemukan pasangan kita panjatkan banyak doa kepada Alloh swt dan juga jangan lupa memperbaiki niat kita. Niat yang baik tentu akan mempertemukan kita dengan banyak hal yang baik dan orang-orang yang baik pula. Jika niat kurang baik, ya, perbaiki saja dulu lah yaaa.

Semoga bermanfaat.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...