KEBAIKAN MUSIBAH
Kebaikan dan keburukan atau nikmat dan bencana yang Allah ujikan kepada kita itu harus kita hadapi dengan sebaik-baiknya. Harus kita sikapi sebijak-bijaknya. Kita disebut lulus ujian itu jika ujian yang kita hadapi apa pun bentuknya, baik itu kebaikan (nikmat) atau keburukan (musibah) yang kita terima membuat kita dekat kepada Allah. Tetapi jika nikmat itu membuat kita lalai dari Allah, maka itu sejatinya bukan nikmat. Jika musibah itu membuat kita semakin jauh dari Allah, maka itu adalah musibah di atas musibah.
Abu Hazim memberi kita wejangan, "Semua nikmat yang tidak membuat dekat kepada Allah adalah musibah."
Jadi, sesuatu disebut nikmat jika ia membuat kita dekat kepada Allah dan beribadah mentauhidkan-Nya. Dan sebaliknya, sesuatu disebut sebagai bencana dan musibah jika itu membuat kita jauh dari Allah. Itulah sejatinya.
Karena itu, Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan:
"Musibah yang membuatmu bersimpuh beribadah kepada Allah itu lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa dari zikir kepada Allah."
Atas dasar itu, dalam kondisi apa pun kita harus tetap dalam ketaatan kepada Allah, dalam ibadah, dalam usaha mendapat keridhoan-Nya tetap mendekat kepada Allah. Sebab, jika kita keluar dari garis tersebut, kita menjadi orang yang tidak lulus ujian dari Allah.
Wallahu a'lam wabillahit taufiq.
Ust. Fahrudin Majid,Lc
dari The Rabbaanians
No comments:
Post a Comment