Assalamualaikum.
Ada yang pernah dikasih gaun biru pengantin? Kayaknya cuma Nia Daniati yang beruntung, yaaa. ^_^ Ya karena itu ada di dalam lirik lagunya. Ketauan nih angkatan mbok warteg. Udah tuir. Hihihi.
Tapi saya pun pernah mengalami hal yang serupa tapi tak sama seperti Nia Daniati. Dulu itu dalam rangka siap-siap menikah, saya pun heboh menjahit kebaya putih yang semua biayanya ditanggung mas calon walau akhirnya pernikahan gagal. Hiks. Kebaya putih berkilau, untuk apa dia jahitkan? Hahaha.
Ya. Saya pernah gagal menikah. Sakit. Sedih. Hancur. Halah. Wajarlah dengan semua persiapan yang dilakukan dan harapan yang digantungkan. Waktu itu rasanya memang demikian. Tapi hari ini, semua tinggal hikmah bahwa pilihan Allah ga akan pernah salah.
Mengutip kata-kata The Ancient One, "Arrogance and fear still keep you from learning the simplest and most significant lesson of all. It's not about you."
It is not about you.
Ketika kita merencanakan untuk menikah, kita biasanya hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Orang akan berkata, wajar, kita kok yang akan menikah. Padahal di sisi lain ada orang tua yang juga ingin berkontribusi dalam menyukseskan hari bahagia itu dan di atas segalanya, ada Allah Ta'ala yang memegang kunci terjadinya segala peristiwa. Rencana pernikahan kita apakah sudah sesuai dengan rencana Allah untuk kita? Belum tentu.
Makanya ketika rencana tinggal rencana, kita langsung melayangkan protes kepada Allah. Why, oh why? Dan Allah menjawab, "Why not?"
Kita sibuk menyiapkan ini itu, sibuk merencanakan segala hal hingga melupakan apakah ibunda atau ayahanda sependapat dengan kita. Apakah mereka berkenan dengan ide-ide kita yang bisa jadi ga sesuai pakem mereka? Apakah orang tua harus menuruti kemauan anak-anaknya dalam rangka hari pernikahan idaman?
Kita sibuk dan mengabaikan Sang Maha Sibuk yang sedang menyiapkan skenario lain untuk kita.
Situasi seperti itu memang tidak mudah dijalani. Kita perlu ilmu untuk menghadapi kenyataan bahwa rencana Allah adalah lebih baik dari rencana kita. Dan ilmu itu mahal. Untuk mendapatkannya, kita diwajibkan merendah serendah-rendahnya di hadapan Allah Ta'ala. Kita diminta mengakui bahwa Allah adalah penguasa segalanya dan kita tidak ada apa-apanya.
Setelah itu, bukalah hati untuk segera beranjak ke masa depan. Kegagalan hari ini adalah pelajaran yang semoga tidak terulang lagi. Kalaupun terulang lagi, percayalah, Allah sedang menempa kita menjadi pribadi tangguh yang kelak bertemu jodoh yang tangguh pula. Ibarat Gatot Kaca yang harus dicelup dalam kawah candradimuka demi mendapatkan kekuatan lahir dan batin.
Lalu apa jawaban dari judul di atas? Gaun biru pengantin, untuk apa dia berikan?
Ya, mungkin itu bagian dari promosi bridal house. Hahaha.
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment