Wednesday, April 26, 2017

Homeschool: Belajar ketika Siap

Assalamualaikum.

Alhamdulillah, hingga tulisan ini dibuat, saya dan anak-anak sudah menjalani homeschool selama tiga tahun. Tiga tahun yang penuh warna walau ga full homeschool. Ada kalanya anak-anak hanya main, nonton dan ibu istirahat dan menghabiskan me-time (dan ga abis-abis juga me-time ibu).

Ketika saya memutuskan untuk memulai homeschool, saya memang teramat sangat ambisius dan akhirnya anak-anak jadi korban. Ibu jadi ga sabaran dan gampang meledug, apalagi ibunya bersumbu pendek. Hasilnya bukan homeschool tapi awful. Tidak disarankan memulai homeschool dengan ambisi aneh-aneh dan tidak terukur. Kita boleh punya target tapi perlu keluwesan dalam rangka mengejar target karena ada anak-anak yang terlibat dalam prosesnya.



Soal keluwesan dan kesadaran bahwa orang tua tidak bisa berlaku ambisius dalam menjalankan homeschool mulai terasa saat kami harus melalui toilet training. Penuh drama, ngalah-ngalahin drakor pokonya.

Dan kalimat sakti yang akhirnya harus saya ingat-ingat sepanjang perjalanan homeschool kami adalah BELAJAR KETIKA SIAP. Ya, kalau anak-anak sudah siap lahir batin, proses belajar berjalan lebih mudah tanpa perlu sumbu pendek meledug dan airmata bercucuran.

Soal siap ini berlaku untuk semua hal ternasuk calistung. Percayalah, kalau sudah siap, tidak ada yang bisa menghalangi anak-anak untuk menguasai semuanya. Memang, ga ada salahnya membiasakan karena practice makes permanent. Membiasakan anak sholat walau belum hapal semua doanya dan gerakannya akan membuat si anak paham bahwa dia harus sholat pada waktunya. Begitupun dengan mengaji dan menghapal quran. Menghapal quran di usia yang masih sangat dini mungkin ga terlalu ada artinya buat mereka tapi tetap akan ada pengaruhnya karena proses ini adalah proses maraton yang hasilnya masih jauh di depan, entah kapan.

Jadi, daripada menyiksa diri memaksa anak menghapal angka, huruf dan sebagainya, lebih baik kita menunggu mereka siap untuk menghadapinya. Sambil menunggu mereka siap, kurangi harapan dan ambisi, perluwes target dan berikan exposure yang cukup untuk mereka, bisa lewat poster, buku, video dan sebagainya. Suatu hari nanti, kita akan dibuat terkejut ketika tiba-tiba mereka menyebutkan 1+1=2 atau B dan A dibaca BA. Saat itulah, mereka sudah siap "bertempur".

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...