Assalamualaikum.
Homeschool dengan ibu bekerja tanpa ada ayah karena sudah berpisah? Gw banget itu mah. Bisa? Banget. Ga ideal, tapi bisa. Don't worry, be happy.
Jadi mari kita bicara kondisi yang tidak ideal karena idealnya ya orang tua itu lengkap, ayah dan ibu. Tapi kalo ga lengkap pun bukan akhir dunia. Hidup masih akan berjalan dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Yakinlah.
Pernah bikin ini di Turki, ayah-ibu-2 anak Bikin lagi dong di Jakarta, ibu dan 2 anak. Sama kerennya kan? |
Aku tu mulai homeschool sejak anak-anak berusia 2 tahun. Aku ikut webinar online di Rumah Inspirasi. Pokonya sebelum nyemplung, harus tau dulu ilmunya. Alhamdulillah, aku masih terus yakin dengan pilihan ini. Jadi, ketika anak-anak usia 2 tahun itu, kami masih tinggal di Turki. Dan Turki tidak melegalkan homeschool. Jadi, agak berat kalo harus bertahan. Anak-anak pun hampir sekolah tapi rencana Allah lebih bagus, kan? Jalan ini ternyata diijinkan Allah. Kami pindah ke Jakarta, tanpa ayahnya dan meneruskan homeschool kami.
Ayah anak-anak paham banget kalo ibunya ini ga suka sekolah umum. Dan dia apatis, negatif, pesimis dan semua kosakata kontra yang pernah ada di dunia, terhadap homeschool. Ya, terserah. Aku yang pegang anak-anak dan mereka tinggal sama aku. Terima nasib aja kalo mereka harus homeschool. Situ kan ga peduli juga.
Jadi, dari awal aku sudah menyadari kesulitan dan tantangan yang akan kami hadapi bahkan sampai hari ini. Dan kalian ga perlu membandingkan konsep homeschool kalian dengan konsep kami karena indahnya homeschool itu memang sangat personal tergantung keluarga dan kebutuhan masing-masing. Ga perlu julid atau baper sama kondisi keluarga lain. Diamati, tiru, modif, boleh banget. Silakan, sama-sama belajar dan memperbaiki diri.
Sampai hari ini, target homeschool kami memang bukan akademis. Anak-anak fokus hapalan Quran dan belajar mandiri dengan urusan domestik karena ibu bekerja setiap hari, bahkan bisa lebih dari 40 jam seminggu.
Sehari-hari mereka akan sibuk dengan kegiatan domestik, dan juga input knowledge, ini bisa dari TV, youtube, ceramah ibunya pas lagi ngomel dan kajian di mesjid deket rumah. Dan kondisi ini tidak akan permanen. Setiap hari adalah hari yang baru. Mereka kadang diundang acara di mesjid dan ga ketemu ibunya. Mereka juga kadang pergi sama tantenya dan sepupunya. Mereka kadang bisa juga seharian sama ibunya ngemil biskuit dan teh pucuk atau nonton anime bareng. Intinya mereka berkegiatan dan menikmati hidupnya.
Anak lanang suka berkebun jadi dia punya kebun kecil (tanaman dalam pot) yang harus dirawat setiap hari. Anak gadis suka kalo diajari bahasa baru, ketrampilan baru seperti menjahit, merajut dan diberi tanggung jawab untuk berbelanja atau mengatur urusan rumah tangga. Dan itu dilakukan setiap hari.
Ada kalanya kami sempatkan jalan pagi bareng, olahraga, belanja di minimarket, liburan bersama keluarga besar atau merayakan hari raya sambil barbekyu-an atau makan bersama dengan menu istimewa.
Jadi sama aja kan seperti keluarga yang ideal lainnya? Intinya, mereka harus dibekali pemahaman dan pengertian bahwa mereka bukan aneh dan salah karena homeschool. Bukan dosa juga karena ga punya ayah, dan ga sekolah pula. Jalan hidup manusia itu berbeda-beda sesuai dengan suratan takdirnya. Yang pasti, aku sebagai ibunya, seperti juga ibu dimanapun, selalu memberikan yang terbaik yang bisa aku berikan menurut kemampuan dan kapasitasku.
Ga perlu kuatir, ya, moms. Allah sudah mengatur semua urusan kita di dunia. Kita hanya tinggal yakin. Kalo masih takut dan gelisah, ya berarti belum yakin. Yuk, introspeksi lagi. Tetap semangat 💪
No comments:
Post a Comment