Friday, August 9, 2013

NGAJI di WARTEG: Berdamai Dengan Keadaan (Belajar Kultum)

Gambar dari SuksesTotal

Bismillahirahmanirrahim.
Hari ini saya akan berbagi kisah saya tentang hidup sebagai menantu orang Turki: Berdamai dengan keadaan.

Kisah saya dimulai dari serba ada (dalam segala hal) menjadi serba ga ada dan serba berbeda, misalnya, makanan favorit di jakarta, disini ga ada.  Kalo ada mungkin berbeda. Orang-orang yang biasa saya andalkan, sampai barang-barang kecil yang bisa dengan mudah saya dapatkan di jakarta, semua berbeda.

Keadaan serba ga ada dan serba berbeda ini benar-benar membuat saya tertekan. Apalagi ditambah dengan keadaan saya yang langsung hamil sehingga hormon berkuasa. Hormon bekerja lebih keras dari logika. Segala sesuatu menjadi serba salah. Kulit jadi kering, salah. Bau makanan aneh, salah. Bau sirke (cuka), salah. Salah aja pokonya.

Ditambah lagi kehadiran orang-orang di sekitar saya yang bawaannya ngatur dan maksa, misalnya, keperluan
untuk anak kembar kami bisa dibilang seadanya karena buat mereka, orang-orang itu, keperluan itu bukan ga mampu dibeli tapi ga perlu dibeli. Dan setelah saya melewatinya emang beneran ga perlu. Ternyata. Saya mulai menilai orang berdasarkan apa yang saya lihat saja tanpa melihat lebih jauh, misal, bumer saya ga asik nih padahal subhanalloh, dia masih mau gantiin popok dua cucu kembarnya. Bahkan, ketika saya menyapih mereka, bumer rela tidur dengan salah satu anak saya supaya saya ga terlalu repot. Yang lebih ga kepikiran lagi adalah bumer dan kakak ipar saya bela-belain bersihin apartemen sewaan kami karena saya sedang hamil besar. Mana ada mertua beberes di rumah gelinnya? Ada juga gelin yang jungkir balik di rumah mertuanya, bener ga?

Tapi posisi saya pada waktu itu adalah posisi yang kurang ilmu jadi apapun keadaannya, bawaannya ngedumel aja. Protes dan komplen ga pernah putus. Kalo ga ngedumel, protes, nangis. Gitu aja terus berulang-ulang. 

Sampai akhirnya saya diijinkan Alloh untuk bertemu sesama gelin yang keadaannya subhanalloh jauh berbeda dari keadaan saya. Dia kadang tidak boleh ini tidak boleh itu sama suaminya. Ibu mertuanya begini, ipar-iparnya begitu. Dan kebiasaan ngedumel itu pelan-pelan berubah menjadi ucapan syukur walau masih belum ngaku, masih di dalam hati dan gengsi mau bilang syukur alhamdulillah.

Tapi, posisi saya yang telah mengenal rasa syukur itu kemudian subhanalloh menjadikan yang serba ga ada menjadi serba mudah-mudahan ada dan kemudian memang ada. Misalnya, merica putih yang lama saya cari ga ketemu, akhirnya ketemu. Emang judulnya sepele, merica putih. tapi untuk orang yang suka banget merica putih, ketemu merica hitam itu bukan merica. Lebay deh.

Dalam posisi saya sekarang, saya jadi ingat ayat Alloh, QS Ibrahim ayat 7: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". 

Mulai saat itu dengan selalu mengingat si gelin yang kurang beruntung itu, saya terus menambah rasa syukur saya. Dan keadaan serba ga ada yang dulu saya rasakan menekan, menyakitkan dan lain sebagainya pelahan berubah menjadi sesuatu yang biasa aja. Ga ada juga ga masalah. Ga sama juga ga papa. Mungkin ini yang dimaksud dengan “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS Ar-Ra'd ayat 11.

Keadaan saya tidak akan berubah jika bukan saya sendiri yang mengubahnya. Memang keadaan tidak akan berubah total seperti yang saya inginkan. Tapi paling tidak keadaan berubah menjadi lebih menyenangkan dan lebih bisa dijalani. Dari unbearable menjadi bearable.

kalo kata Aa Gym, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, mulai dari sekarang. Memang susah kalo ga biasa tapi kalo sudah bertekad bahwa keadaan yang menyesakkan jiwa ini harus segera berakhir, insya Alloh, yang susah menjadi mudah.

Dan ternyata, keadaan saya yang dulu menganggap semua serba ga ada itu adalah karena
1. Saya suka mengeluh. Langsung atau tidak langsung. Sadar atau tidak, ada aja komplennya. Padahal mengeluh adalah salah satu tanda kita kurang bersyukur. Padahal Alloh telah memberi kita nikmat yang banyak. Dan jika kita bersyukur, nikmat itu akan ditambah.

2. Mengecilkan nikmat yang telah Alloh berikan. Intinya mah ga ngeh padahal mungkin banyak teman yang iri dengan posisi saya: sudah menikah, dengan orang asing, dan tinggal di luar negeri. Belum nikmat iman dan Islam. Belum nikmat kesehatan. Dan sebagainya. Padahal dalam surat An Nahl ayat 18 Alloh berfirman: "Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya (karena banyaknya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyayang."

3. Kikir alias tidak mau berbagi. Sebenarnya ini bukan hanya dalam hal materi. Tidak mau berbagi itu bisa berupa berbagi harta atau rasa. Lagi-lagi jika melihat alquran, surat An Nisa ayat 36-37, Alloh tidak suka dengan orang yang kikir. 

Subhanalloh ya, banyak bener ini salahnya.

Sekarang, setelah melalui proses pembelajaran itu, paling tidak ada 3 hal yang bisa saya lakukan kalo tiba-tiba datang lagi perasaan-perasaan yang negatif itu:
1. Bergaul sama orang yang positif supaya kita jadi semangat terus dan ga ketularan ngeluhnya. Buat saya bergaul ini ga mesti ketemu muka tapi bisa juga bergaul di dunia maya. Ngobrol sama chef di Dapur Kecil Ibu, ikut kajian, belajar bareng teman-teman di skype. Pokonya jangan sampai virus-virus ngeluh nempel dan merusak mood saya.

2. Mengalihkan kelebihan energi untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. contohnya mungkin melakukan hobi berkebun, merajut, masak, motret, menulis atau bikin blog atau membaca buku. Atau menuntut ilmu terutama ilmu agama, atau kalo bisa mah insya Alloh sekolah lagi. Karena menuntut ilmu itu wajib hukumnya. kata nabi Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu (agama), maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga.  Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Insya Alloh jika waktu habis untuk kegiatan yang bermanfaat semoga tidak ada waktu lagi untuk mengeluh.

3. Memperbanyak dzikrullah dan dzikrulmaut. Mengingat Alloh membuat hati menjadi tenang. Mengingat mati membuat hati ga tenang, galau, karena ingat betapa banyak kesalahan yang sudah saya perbuat dan betapa sedikit bekal saya. Jadi daripada ngeluh, mendingan perbanyak ibadah semoga menjadi bekal untuk perjalanan panjang kelak.

Jadi, dalam posisi saya saat ini, apapun itu, alhamdulillah Alloh masih memberikan jalan, mempertemukan saya dengan teman-teman semua, dan memudahkan proses mencari ilmu agama Alloh. Semoga ke depan saya bisa istiqomah dan kita semua diberi ketetapan iman oleh Alloh swt. Aamin walhamdulillahirabbilalamin.

Sumber tambahan:
http://www.suksestotal.com/kunci-sukses-dahsyat-bersyukur.html 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...