Di bawah ini adalah ringkasan dari Kajian Muslimah dengan tema Keistimewaan Seorang Muslim. Diambil dari blog Masyarakat Indonesia di Turki.
Sebagai seorang manusia, kita memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain bahkan dibandingkan dengan malaikat sekalipun. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS Al İsra: 70)
Manusia bisa lebih tinggi derajatnya jika ia beriman dan bertaqwa sehingga dapat melebihi malaikat karena malaikat hanya bisa taat sementara manusia bisa taat dan maksiat. Sehingga dalam kondisi bisa maksiat manusia dapat memaksa dirinya menjadi orang bertaqwa. Dalam rahim ibu, semua manusia pada hakekatnya pernah berikrar
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS Al A’raf:172)
Tapi setelah dilahirkan, seorang manusia (anak manusia) akan tergantung pada lingkungan. Orang tuanya yang membuatnya akan membuat seorang anak menjadi majusi atau nasrani.
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? Sehingga saat ini banyak agama di dunia padahal semua manusia sudah mengakui bahwa Alloh adalah sesembahan manusia.
Maka itu pengakuan manusia perlu diulang dalam bentuk syahadat. Dalam syahadat digunakan kata ilah dan bukan rabb karena ilah adalah sesembahan dan kecintaan. Sehingga jika sudah bersyahadat maka sesungguhnya manusia memiliki modal dasar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Modal tersebut harus dikembangkan dan diasah lebih lanjut. Modal dasar sebagai seorang muslim adalah syahadat karena dengan itu segala amalnya diperhitungkan dan kehormatan seorang muslim dilindungi oleh Alloh karena diharamkan membunuh sesama muslim. Menjadi seorang muslim saja tidaklah cukup. Muslim harus naik derajat menjadi mukmin.
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al Hujurat: 14)
Manusia dituntun untuk tunduk dan beriman (muslim à mukmin) paling tidak mengakui yang enam. Dalam alquran disebut, bahwa orang yang beriman adalah yang hatinya bergetar saat disebut nama alloh dan bertambahlah keimanannya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS Al Anfal: 2)
Sementara, orang-orang beriman mempunyai ciri:
- Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
- (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
- dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
- dan orang-orang yang menunaikan zakat,
- dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
- kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
- Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
- Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
- dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
- Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
- (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS Al Mu’minun: 1-11)
Orang-orang beriman ini kemudian diseru menuju derajat muttaqin. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS Al Baqarah: 183)
Dan jaminan masuk surga itu diberikan kepada orang yang bertaqwa (laki-laki dan perempuan). Tingkatan orang bertaqwa inilah tingkatan yang harus dicapai seorang mukmin. Hakikat taqwa adalah ibarat berjalan di jalan yang berduri dan banyak jebakan. Kita harus selalu berhati-hati. Muslim laki dan muslim perempuan saling tolong untuk amar maruf nahi mungkar demi mendapatkan kesuksesan. Alloh tidak membedakan dalam memberikan pahala dalam beribadah sehingga perempuan tidak perlu seperti kaum feminis bahwa dunia harus dikuasai oleh perempuan. Pemikiran itu sangat bertentangan dengan syariat dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Pemikiran tersebut justru membuat perempuan menderita karena sejak jaman rasulullah sudah banyak perempuan yang berjuang di bidang masing-masing tanpa melepas identitas perempuannya, seperti khadijah yang merupakan konglomerat dan banyak membantu dakwah rasulullah atau aisyah yang menjadi ilmuwan yang didatangi oleh para pria atau Ummu salamah yang selalu memberikan ide cemerlang saat rasul gagal masuk mekkah dan berhaji atau ummu hani yang ikut berperang.
Jadi tidak ada alasan bahwa perempuan harus menjadi seperti laki-laki karena contoh-contoh tersebut bahkan Alloh memberikan kesempatan seorang perempuan yang sudah menikah untuk masuk surga dari pintu mana saja asal menjadi istri yang taat kepada suami dan saat ia meninggal suaminya dalam keadaan ridho kepadanya. Dalam Sunan At-Tirmidzi dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.” At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”
Ciri wanita solehah:
- Menyenangkan saat dipandang. Bukan dengan dandanan yang menor melainkan murah senyum, optimis dan tidak membuat suami gundah gulana.
- Selalu taat seperti muti’ah. Ia adalah calon penghuni surga karena bahkan saat menerima Fatimah sebagai tamu pun, Muti’ah tidak menerimanya karena belum minta ijin dari suaminya. Ketika Fatimah datang lagi bersama Husen, lagi-iagi ditolak karena ijinnya hanya untuk Fatimah. Ketika datang lagi bersama Hasan, ditolak lagi sampai akhirnya Muti’ah mendapatkan ijin dari suaminya. Di rumahnya ia menyimpan cemeti untuk suaminya untuk memukul dirinya jika menurut suaminya ia tidaklah taat.
- Menjaga harga diri dan harta suaminya jika suami tidak ada disampingnya. Sebaiknya seorang istri tidak banyak cerita mengenai kejelekan suaminya kepada orang lain. Segala harta suami dijaga dan disyukuri karena itu adalah amanah.
Dalam Islam, seorang suami boleh memukul tapi di tempat yang tidak menyakitkan dan menggunakan kayu siwak. Hal ini adalah untuk menjaga para istri untuk selalu taat.
Selain sebagai istri, seorang muslimah pun berhak mendapatkan keutamaan menjadi seorang ibu apalagi jika anak-anaknya adalah anak-anak soleh hasil didikannya. Karena doa anak-anak yang soleh tetap mengalir walau orang tuanya sudah meninggal.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
İtulah peluang emas yang diberikan alloh kepada muslimah yang diberikan anak-anak sebagai amanah dari Alloh. Ibu harus selalu menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Kalau kita mau anak-anak kita menjadi anak yang soleh maka kita kita pun harus menjadi orang yang soleh. Selain itu kita juga harus mampu bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat di sekitar kita. Manfaat itulah yang membuat kita dicatat sebagai manusia terbaik. Terutama manfaat ilmu Islam yang berguna di dunia maupun di akhirat.
Mari kita maksimalkan kehidupan di dunia dengan amalan-amalan terbaik yang kelak kita panen di akhirat. Jangan sampai kita menjadi manusia yang merugi di akhirat. Naudzubillahi min dzalik.
No comments:
Post a Comment