Monday, April 7, 2014

Terbang Bersama Balita


Assalamualaikum.
Mbok warteg masih menikmati hari-hari jetlag usai mudik, hehe. Gimana ga jetlag, di Jakarta, di rumah ibu, saban pagi saya bisa sarapan pisang goreng hangat yang dibeli dari tetangga yang keliling menjajakan kue buatannya. Kalau bukan pisang goreng, saya bisa menikmati ketan putih dengan kelapa atau nasi uduk atau lontong padang. Duh, kenapa jadi menyiksa diri begini?

Eniweh, postingan ini bukan untuk membahas sarapan hehe. Saya mau sedikit berbagi pengalaman terbang dengan si kembar yang masih balita.

Jujur saja, waktu mudik kemaren, saya agak kuatir sampe dobel kuatir. Mudik kemaren itu adalah mudik pertama mereka setelah lepas ASI. Bagaimana cara saya menjaga mereka tidak rewel di perjalanan dan kalau rewel, apa yang harus saya lakukan?

Pertama, persiapan itu penting. Segala sesuatu yang akan saya butuhkan harus disiapkan. Biasanya saya menyiapkan dua tas ransel yang akan kami bawa ke kabin. Tas ransel itu berisi popok yang jumlahnya dua kali lipat dari hari biasa karena ini adalah masa darurat perjalanan; baju ganti yang cukup riweuh karena Antep sedang dingin sementara Jakarta selamanya panas, sehingga saya memilih kaos lengan panjang dari katun serta jaket yang bisa dilepas saat kepanasan dan juga celana karena kadang walau pake popok kebocoran bisa terjadi; tisu basah; kantung plastik ekstra untuk membungkus popok bekas atau baju kotor; dan selimut atau bantal kecil yang bisa digunakan di masa transit tapi tidak terlalu penting juga.

Kedua, obat anteng.
Khusus obat anteng ini baru saya lakukan kali ini. Siapkan dua tas kecil (seperting kantung serut atau yang ada di rumah aja deh) dan isi dengan mainan favorit mereka seperti mobil-mobilan atau boneka kain yang kecil yang bisa mereka mainkan saat duduk dalam pesawat. Tak lupa COKLAT! Sisipkan beberapa coklat sebagai bagian dari cara mengurangi rasa sakit di telinga saat pesawat lepas landas dan mendarat. Setelah pesawat berada di angkasa, kita tidak perlu menjejali anak dengan coklat. Waktu pemberian pun dicicil dan jangan sekaligus diberikan.

Ketiga, waktu di pesawat. Kalau anak-anak bosan bermain dengan mainannya, kita bisa membuka safety card yang diselipkan di belakang kursi dan anak-anak suka sekali melihat gambar pesawat di sana. Atau buka saja majalah yang biasanya juga diselipkan bersama safety card. Atau pasang layar tv dan putarkan film sesuai usia anak. Saya hanya memasang film tanpa suara. Itupun sudah cukup membuat mereka duduk tenang. Kalau sudah waktunya, mereka akan kelelahan dan tertidur.

Masalah lain yang bisa terjadi adalah anak-anak menolak memakai sabuk pengaman. Saya menyiasatinya dengan terus memakaikan. Sekali pakai dan jangan dibuka-pakai. Komunikasikan pada anak bahwa sabuk itu perlu dipakai supaya ia tidak mudah jatuh dan sebagainya. Alhamdulillah mereka mengerti.

Masalah bisa juga terjadi saat kita transit. Tapi, biasanya saat transit ada banyak petugas bandara yang akan membantu kita dan memprioritaskan keluarga yang melakukan perjalanan bersama anak-anak. Selain itu biasanya penumpang lain pun akan senang membantu jika kita terlihat repot. İntinya, jangan pernah menolak bantuan di kala kita kerepotan dengan anak di dalam perjalanan.

Satu hal lagi, jika anak senang main di pesawat, pastikan mainannya tidak tertinggal dan tercecer.

Mudah-mudahan perjalanannya menyenangkan, ya. :)
posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...