Friday, March 10, 2017

NGAJI di WARTEG: Ketenaran dan Kemuliaan




Assalamualaikum.

Sebagai pribadi, mbok warteg tentu punya banyak keinginan. Kadang kalo ada maunya, maksa harus terwujud. Padahal belum tentu keinginan itu baik dan bisa jadi bersama keinginan itu ada rasa ingin dipuji dan dianggap "mulia" oleh orang lain. Padahal itupun belum tentu bermanfaat. 

Pas lagi pengen banget mewujudkan sesuatu, pas ketemu nasihat di atas.

Selain itu menurut Ibnu Athaillah, "jika yang kau cari adalah kemuliaan yang abadi; jangan biarkan hatimu memuliakan hal-hal yang fana."


Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara. Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.

Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaan Allah, maka bergantunglah kepada Allah, sebab Allah kekal abadi dan tidak rusak. Adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan, maka semua itu palsu dan akan rusak. Maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.

Allah berfirman:  "Apakah mereka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hak Allah Ta'ala".

Alkisah, ada seorang datang kepada raja Harun al-Rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-Rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal, supaya dia mati ditendang keledai. 

Setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. Kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut dimasukkan ke dalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati di dalamnya. 

Tiba-tiba orang yang dihukum itu telah berada di luar (kebun), sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen. Maka orang itu dipanggil oleh Harun al-Rasyid dan ditanya: 

Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah (penjara)? 

Jawabnya: Yang memasukkan saya ke kebun,. 

Harun bertanya lagi: 

Dan siapa yang memasukkan engkau ke dalam kebun? 

Jawabnya: Yang mengeluarkan aku dari rumah.

Kemudian Harun al-Rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu di atas kendaraan dan keliling kota, sambil memberitahukan pada masyarakat: 

Ketahuilah bahwa raja Harun al-Rasyid menghinakan orang yang telah di muliakan Allah, maka tidak bisa.

Wallahu a'lam.

Dari sini

1 comment:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...