Out! |
Assalamualaikum.
Enam tahun lalu, aku berhasil membawa kedua anakku keluar dari Turki untuk selama-lamanya.
Bukan perkara mudah membawa diriku dan anak-anak keluar dari rumah yang selama ini kami tinggali. Apalagi keluar dari negara sebesar Turki. Tapi dengan ijin dan pertolongan Allah, kami berhasil keluar. Alhamdulillah.
Sebelum kami akhirnya bisa keluar dari Turki, kami tinggal di rumah perlindungan selama kurang lebih 2 minggu. Keluar dari rumah itu, lebam di bibirku sudah hilang. Jadi, aku tidak menarik perhatian orang lagi. Tapi ya, tetap saja, orang berwajah melayu bawa anak-anak itu terlihat aneh di negara bernama Turki.
Aku sudah wanti-wanti sama pengurus rumah perlindungan, aku ga mau pergi ke KBRI Ankara dengan bis. Aku lebih suka pakai pesawat karena bepergian dengan bis adalah resiko cari penyakit yang ga ada obatnya. Mantan punya toko di terminal bis antar kota. Jadi, kalo aku pergi naik bis, ada kemungkinan dia tau yakan? Kalau dia tau, siapa yang bisa jamin aku ga dikejar atau dihalangi atau malah dihajar lagi? Akhirnya mereka pun mengabulkan permohonanku.
Sebenarnya pemerintah akan membayari tiket bis kami yang keluar dari rumah itu. Hari itu ada beberapa orang yang akhirnya dilepas. Ada yang pergi ke keluarganya di kota lain. Ada yang kembali ke rumah. Dan ada aku yang harus pergi ke KBRI sebelum akhirnya pulang ke Jakarta.
Perempuan pengurus rumah perlindungan yang malam itu bertugas jaga memanggilku. Dia bilang dia sudah beli tiket promo yang murah meriah. Aku bilang uangku ga seberapa jadi beli tiket promo adalah satu-satunya jalan. Mungkin berat buat dia dikenai tugas cari tiket "pengungsi" dadakan macam aku. Alhamdulillah uangnya cukup. Jadi, tiket ke Ankara pun terbeli.
Tiba di Ankara, aku dijemput oleh staf KBRI yang sedang sibuk persiapan acara 17-an. Walau di luar negeri, kami tetap semangat melangsungkan upacara kemerdekaan dan acara-acara lainnya. Di KBRI, aku dibuatkan BAP dan laporan. Aku juga diingatkan untuk berhati-hati dalam perjalanan pulang ke tanah air.
Perjalanan ini agak beresiko karena aku adalah WNI, sementara anak-anak masih memegang dua kewarganegaraan jadi mereka masih dianggap orang Turki walau paspornya hijau. Dan kalau bapaknya melayangkan dakwaan cerai, anak-anak bisa tertahan di bandara alias ga bisa keluar meninggalkan Turki. Ini yang bikin aku stres dan galau ga ada habisnya. Oleh karena itu aku dihimbau untuk tidak membawa bagasi banyak. Kuatir tertahan juga di maskapai.
Keesokan harinya aku diantar staf KBRI ke bandara untuk pulang ke Indonesia. Kami check-in. Inipun alhamdulillah, kami dapat tiket promo juga. Bagian check-in udah bikin aku mules deg-degan karena aku belum pernah bepergian jauh hanya dengan anak-anak. Biasanya selalu ditemani keluarga atau ya, bapaknya. Keluarga di Jakarta sudah dikabari bahwa aku sedang dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Saat itu ibuku sedang sakit. Mungkin ikut stres memikirkan nasib anaknya.
Setelah check-in, kami harus melewati bagian imigrasi. Ini stres terbesarku hari itu. Sejak aku tau akan pulang, aku bolak-balik nangis membayangkan skenario tertahan di bandara dan ga bisa bawa anak-anak pulang ke Jakarta. Staf KBRI masih menemani di kejauhan. Mereka berjaga seandainya aku menemui masalah. Aku dan anak-anak berdiri di depan loket imigrasi bandara Esenboğa Ankara dan menyerahkan paspor kami. Yang pertama dipanggil, anak laki-lakiku. Si petugas menjulurkan kepala melihat si bocah yang juga ikutan stres karena sudah lama ga bisa main seperti biasa. Tak lama, bruukk! Suara stempel terdengar. Lututku lemas. Perasaanku campur aduk. Petugas menyodorkan paspor-paspor kami. Alhamdulillah ya Allah, lolos. Itu berarti tidak ada dakwaan cerai yang dibuat si mantan. Aku menoleh ke arah staf KBRI yang terlihat memantau dari jauh. Mereka lalu menggerakkan tangannya menyuruh aku langsung masuk saja. Ga usah nengok-nengok lagi.
Setelah aku dan anak-anak mendapatkan cap stempel keluar, kami sudah resmi meninggalkan Turki dan kini berada di zona internasional. Alhamdulillah banget. Sebagai bentuk syukurku, aku bawa anak-anak ke toko duty free menghabiskan uang Lira yang kami punya. Aku beli cokelat dan mainan untuk anak-anak.
Setelah belanja, kami masuk ke ruang boarding menunggu pesawat yang akan membawa kami ke Jeddah dan kemudian ke Jakarta.
We are coming home.
No comments:
Post a Comment