Dan Akhirnya Roti İtupun Jadilah

Cerita berikut adalah tentang usaha saya membuat roti, manis dan tawar seperti roti yang biasa saya beli dan nikmati di Jakarta. Peringatan! Cerita ini poanjang bwener dah.

Jaman dulu, jelas ga pernah terpikir kalo suatu hari nanti saya harus bisa membuat roti sendiri. Kayaknya, ke dapur dan masak makanan sendiri aja jarang banget. Kan, ada nyokap tercinta yang dengan senang hati masak setiap hari. Kalo nyokap ga masak pun, saya bisa beli makanan jadi dan roti dengan berbagai rasa di mol atau pasar dekat rumah.

Begitu pindah ke Gaziantep, baru deh proses belajar masak dan membuat roti dimulai. Sebenernya di Gaziantep ada banyak tukang roti dan ada banyak juga pilihan roti. Tapi, roti yang saya kangeni adalah roti tawar dan roti manis yang biasa dijual abang-abang tiap pagi dan sore. Jadi, walau banyak roti, hati tetep merana. Halah.

Tapi, ternyata membuat roti tidak semudah yang saya kira; ga sesulit dugaan saya juga, sih. Yang penting, instruksinya diikuti dan bahan-bahannya benar. Apalagi yang namanya ragi, salah beli ragi, salah juga rotinya.

Karena percobaan pertama membuat roti dan makanan berbahan ragi lainnya selalu gagal, saya pun beralih ke jenis "roti" yang lain. Dan perjalanan menuju roti idaman saya pun dimulai. Eng ing eng.

Muffin, Favorit Saya

Pancake, Dibuat di Jakarta

Pertama, saya mencoba membuat muffin. Muffin kan jenis roti juga. Gampang pula cara membuatnya. Awalnya saya mengandalkan adonan muffin instan yang tinggal nambah telor dan minyak, langsung panggang dan jadi. Tapi, begitu ketemu sama resep muffin yang cocok dan mudah untuk pemula seperti saya, langsung deh muffin jadi favorit dan andalan saya kalo sakaw roti.

Selain muffin, saya mencoba pancake, terutama untuk menu sarapan. Ini pun gampang-gampang susah. Kalo adonannya ga pas, pancake bakal susah diangkat dari wajan. Pada akhirnya, saya menemukan resep pancake tanpa susu yang takarannya lebih pasti dari resep pancake sebelumnya.

Pancake Tanpa Susu

Setelah muffin dan pancake, saya mencoba bikin donat. Yang satu ini karena saya kangen emak dan masakan buatannya. Udah minta resep dari beliau, tetep ga berhasil. Salah dimana, ga tau. Akhirnya, saya pun coba resep donat tanpa ragi dan berhasil. Setelah itu, saya selalu mencari resep kue atau makanan tanpa ragi demi menghindari kegagalan untuk kesekian kali.

No-yeast donut, not bad!

Nah, terus rotinya gimana?

Saya pun beralih ke jenis roti lain yang bisa dibuat tanpa ragi: scones dan biscuits. Proses pembuatannya pun lebih singkat. Pagi-pagi bisa tetap sarapan dengan "roti" ini. Berikut adalah daftarnya:

Ricotta Scones 

(kayak apa bentuknya, sih?)

Biscuits

(pakai mentega)

No-Butter Scones

Another Biscuits

(tanpa mentega)

Still, Another Biscuits

(versi vegan)

Donut Scones

(scones yang saya bentuk jadi donat, maksa!)

Roti Soda, Jelas Tanpa Ragi

No-Knead Bread, Tanpa Ragi

Suatu hari saya menemukan resep roti tanpa ragi dan ga perlu proses menguleni yang menyita waktu dan tenaga: No-Knead Bread. Setelah itu, saya mendapat rekomendasi merk ragi yang ternyata berbeda dengan merk ragi yang selalu saya pakai. Jadi berani bikin roti? Oh, tentu saja belum berani! Saya masih mencoba roti lain seperti Roti Soda dan kalo kepengen pizza pun kulitnya tanpa ragi. Masih takut gagal, nih.

Pizza Tanpa Ragi

Setelah saya diyakinkan oleh teman tentang ragi yang pernah direkomendasikan, saya pun memberanikan diri untuk mencoba membuat roti dengan ragi. Percobaan pertama, dengan resep yang gampang tapi hasilnya kurang memuaskan karena suami bilang rotinya agak keras. Hmm, pantesan awet.

Percobaan kedua, saya bertemu dengan resep roti kacang merah a la Korea yang sudah saya bookmark dari kapan tau. Kesengsem sama si roti dan pembuatnya (halah), saya pun mencoba dengan setengah resep. Alhamdulillah, jadi! Dan dalam waktu singkat, roti pun tandas, das!

Akhirnya, setelah sukses dengan dua percobaan roti manis, saya pun memberanikan diri membuat roti tawar idaman hati yang telah lama kunanti. Apa deh. Resepnya dari La Fuji Mama dan ga butuh waktu lama untuk membuatnya. Ta daaaa!

Pertama, salah ukuran, tetap jadi
Kedua, sesuai ukuran, tetap jadi
Ketiga, sesuai ukuran, udah buat hantaran ^^!

Hore!

Ayo, yang mau kasih selamat, jangan malu-malu.

Kesimpulan:

Untuk membuat roti diperlukan dua hal: resep yang cocok dan teman yang selalu ngomporin dan ndorong-ndorong supaya kita mau mencoba (terima kasih, ya, Heti Hanım).